Talbis Iblis Untuk Memakai Pakaian Lusuh
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Talbis Iblis Untuk Memakai Pakaian Lusuh ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 19 Rabi’ul Akhir 1444 H / 14 November 2022 M.
Kajian Tentang Talbis Iblis Untuk Memakai Pakaian Lusuh
Abu Ja’far Ath-Thabari mengatakan bahwa merupakan kekeliruan orang yang lebih memilih pakaian bulu atau wol daripada pakaian kapas dan katun. Pakaian bulu dan wol ini kasar, mungkin menunjukkan bahwa pemakainya ini orang yang jauh dari kemewahan. Sementara kapas dan katun adalah bahan yang bagus, enak dipakai, dan menunjukkan bahwa ini adalah pakaian orang-orang yang mungkin memiliki uang untuk membelinya. Padahal pakaian kapas dan katun itu halal.
Orang tersebut mirip seperti orang yang lebih memilih makan sayuran dan adas daripada makan roti gandum. Dan mirip orang yang tidak mau makan daging karena khawatir syahwat terhadap wanita muncul di dalam dirinya dia.
Tentunya ini bisa mengarah kepada pengharaman yang halal. Mereka menjauhi pakaian-pakaian yang terbuat dari kapas dan katun dan memilih pakaian wol yang kasar. Sehingga mungkin bisa pada akhirnya mengharamkan sesuatu yang halal. Seperti sebagian orang yang menghindari makan daging karena takut syahwatnya naik. Maka ini menyalahi apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nabi juga makan daging, Nabi juga memakai pakaian-pakaian yang bagus. Terutama ketika beliau hadir di tengah-tengah kaum muslimin. Misalnya di dalam mengerjakan shalat di masjid.
Jadi pakaian-pakaian seperti itu justru memunculkan perasaan ‘ujub di dalam diri pemakainya dan dia merasa lebih dengan pakaian yang dikenakannya itu daripada orang lain.
Ibnul Jauzi mengatakan bahwa para Salaf dahulu biasa mengenakan pakaian sederhana. Maksudnya adalah tidak mewah, namun juga tidak murahan. Yaitu pakaian yang bersahaja, tidak pakaian yang sangat memelas sehingga memancing rasa kasihan manusia kepadanya. Dan tidak juga pakaian terlalu mewah sehingga memberikan kesan bermegah-megahan. Dan mereka memilih pakaian yang terbaik, terutama untuk shalat Jumat, shalat dua hari raya, dan ketika menemui saudara-saudara mereka kaum muslimin. Pakaian yang bukan paling baik bagi mereka, namun bukanlah pakaian yang buruk. Yaitu yang pertengahan, tidak terlalu mewah/mahal sehingga mungkin ada kesan mubadzir, dan tidak terlalu lusuh atau murahan sehingga terkesan kita tidak memiliki harta untuk mencukupi kebutuhan kita sendiri.
Begitulah penampilan para sahabat. Jadi kadang-kadang mereka mengenakan pakaian yang bagus, dan ada kalanya mereka menggunakan pakaian yang sangat sederhana. Jadi semua jenis pakaian itu dipakai oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kadang-kadang orang lupa ketika mengekspos sahabat yang mengenakan pakaian bertambal. Seolah-olah setiap waktu dan keadaan mereka mengenakan pakaian seperti itu. Tentu ini anggapan yang keliru. Iya kadang kala mereka mengenakan pakaian yang bertambal, tapi di waktu yang lain mereka juga mengenakan pakaian-pakaian yang bagus. Karena Allah mengatakan:
… خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ…
“Pakailah perhiasan (bajumu yang terbaik) ketika kamu datang ke masjid.” (QS. Al-A’raf[7]: 31)
Imam Muslim juga meriwayatkan dalam Shahihnya, dari hadits Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu. Bahwasannya dia melihat pakaian siyara (ada bintik-bintiknya dan bercampur dengan bahan sutra) dijual di dekat pintu masjid. Kemudian Umar berkata kepada Rasulullah: “Alangkah baiknya jika engkau membelinya untuk shalat Jumat dan untuk menemui para utusan yang menghadapmu.” Artinya di sini Umar punya pemikiran bahwa pakaian bagus untuk dikenakan pada saat-saat tertentu.
Nabi tidak menyalahkan pandangan Umar ini. Nabi mengatakan: “Orang yang mengenakan pakaian itu tidak akan mendapatkan bagiannya di akhirat kelak.” Maksudnya bahannya adalah sutra yang memang dilarang atas kaum laki-laki. Adapun pakaian yang bagus untuk menyambut tamu atau untuk menghadiri shalat Jumat, maka itu tidak diingkari Nabi. Yang diingkari Nabi adalah bahannya. Kalau bahannya bukan sutra, maka Nabi tidak akan mengingkarinya.
Jadi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mengingkari berhias dengan pakaian tersebut. Yang beliau ingkari karena pakaian itu terbuat dari sutra.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52395-talbis-iblis-untuk-memakai-pakaian-lusuh/